Partnership JANTI Klaten
ROJOLELE DELANGGU
Pada lebaran tahun 2015 saya menyempatkan diri menyambangi petani langganan saya di Delanggu. Nama Delanggu identik dengan lumbung padi di Jawa Tengah, terutama dengan beras rojolele. Orang mengenalnya dengan beras Rojolele Delanggu. Meskipun Delanggu dekat dengan Solo, jujur saja baru kali ini saya jalan-jalan blusukan di sana, di sepanjang persawahannya. Didampingi dengan Mas Achgus dan Pak Antok kami berkeliling melihat persawahan organik disana. Pertanian organik telah dilakukan oleh mayoritas petani disana sejak tahun 1980-an, karena petani di daerah tersebut sudah memahami bahwa pertanian dengan menggunakan zat kimiawi akan merusak tanah, mengganggu keseimbangan alam serta bagi petani sendiri akan merasakan paparan zat kimiawi yang berbahaya bagi tubuh mereka. Oleh karena itu teman-teman petani inilah yang menjadi pioneer pertanian organik di daerah Jawa Tengah.
Dalam blusukan ini saya diajak ke Janti untuk melihat sumber mata air yang mengalir sepanjang masa di daerah tersebut. Janti ini lokasinya di bawah Gunung Merapi, disitu banyak sumber-sumber mata air bermunculan. Bahkan salah satu perusahaan air mineral skala nasional memiliki pabrik terbesar disini. Anehnya, di daerah Boyolali yang posisinya di atas Janti justru tidak memiliki kelimpahan sumber mata air seperti halnya Janti. Di Janti ini karena air melimpah ruah, penduduk sekitar membuat usaha pancingan, pemandian dan restoran. Bagi yang punya hobi mancing, kalau pas berjalan-jalan di daerah Klaten – Solo, silahkan mampir ke sana. Banyak pilihan dan tempatnya nyaman sekali.
Air yang melimpah ini yang menjadi berkah bagi para petani di Delanggu untuk bercocok tanam secara organik. Air ini mengalir sepanjang masa, bahkan di masa kekeringan yang melanda berbagai daerah, disini air tetap terjaga keberadaannya. Berkah itulah yang dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh petani organik di Delanggu untuk bercocok tanam berbagai tanaman seperti aneka ragam beras, pepaya, melon, kacang-kacangan, secara organik. Para petani ini dengan kearifan lokalnya mencoba merawat lingkungannya dengan tidak memforsir penggunaan tanah secara berlebihan, bertani dengan menjaga keseimbangan alam. Meskipun demikian, produk dari daerah ini pada umumnya belum memiliki sertifikasi organik, mengingat mahalnya biaya sertifikasi. Menurut Pak Antok yang sudah menjalankan pertanian organik selama 20 tahun lebih, sebenarnya sertifikasi organik kurang tepat, mengingat produk pertanian hasilnya selalu berubah-ubah sepanjang masa, karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kondisi tanah, air dan lain-lain.
Bagi para petani ini bertani dengan menjaga keseimbangan alam lebih penting daripada mereka mengupayakan secarik kertas sertifikat untuk produk mereka. Pertanian yang menggunakan bahan-bahan organis dalam penanaman maupun pengolahannya, sebenarnya menunjukkan hasil yang berbeda dengan yang menggunakan zat kimiawi. Dalam salah satu kunjungan itu terdapat petak sawah rojolele yang siap untuk dipanen. Menurut Pak Antok padi yang dipupuk dengan pupuk organik, pada waktu siap panen, daunnya masih tetap hijau segar, seperti daun muda. Padi itu tetap berfotosintesis meskipun sudah tua. Berbeda dengan padi yang dipupuk dengan zat kimiawi, pada waktu padi menua dan siap panen, daunnya sudah menjadi coklat karena proses fotosintesis sudah berhenti. Itu disebabkan karena pupuk kimiawi berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman serta menguras dan mematikan unsur hara yang ada di tanah.
Pertanian dengan menjaga keseimbangan alam adalah satu-satunya jalan untuk membuat pertanian di Indonesia senantiasa berkembang secara berkesinambungan. Produk organik biasanya juga lebih disukai binatang dan hama, karena rasanya yang lebih manis. Keseimbangan alam dan produk pertanian yang sehat merupakan hasil dari pertanian organik. Untuk itu sudah sewajarnya bila kita mendukung kegiatan ini dengan mengkonsumsi produk-produk organik.
Daerah Delanggu ini menjadi lumbung padi sejak lama dan memproduksi beras yang cukup dikenal luas, seperti beras menthik susu, beras merah, beras pandan wangi, bahkan beras Jepang lokal yang bisa dibilang rasanya lebih enak dari beras Jepang yang sebenarnya. Produk unggulan daerah ini adalah Rojolele Delanggu, produk yang menjadi kebanggaan warga Delanggu dan identik dengan nama Delanggu. Rasa berasnya enak, pulen, dengan bulir padi yang besar, menjadikan Rojolele Delanggu sebagai beras premium dengan harga tinggi. Inilah saatnya bagi kita untuk lebih mengenal dan mulai mengkonsumsi serta bangga dengan beras dan hasil pertanian lokal, agar produk lokal kita dikenal dan bisa menyebar se-antero dunia. seperti halnya produk pertanian Thailand.